Hangatnya Selapanan Patayat NU Kalisari, Tradisi yang Menyatukan Hati dan Iman

  • Bagikan

MAGELANG – Patayat Nahdlatul Ulama (NU) Ranting Desa Kalisari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, kembali menggelar kegiatan pengajian selapanan pada Minggu (26/10/2025). Tradisi keagamaan yang digelar setiap 35 hari sekali ini menjadi ajang silaturahmi dan memperkuat kebersamaan antaranggota Patayat NU.

Kegiatan berlangsung di Dusun Salakan RT 006/RW 006 dan dihadiri para anggota Patayat NU yang didominasi kaum ibu, Ketua Ranting Desa Kalisari Maryudin, para kiai, tokoh masyarakat, serta sesepuh desa.

Acara dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Patayat NU yang dilantunkan penuh semangat oleh para ibu anggota Patayat. Dalam sambutannya, Ketua Patayat NU Ranting Desa Kalisari, Maryudin, menyampaikan bahwa kegiatan selapanan merupakan warisan tradisi yang perlu dijaga dan dilestarikan.

BACA JUGA :  Operasi Zebra Jaya 2024, Polres Metro Tangerang Kota Terjunkan Ratusan Personel Gabungan

“Acara selapanan ini sudah menjadi tradisi turun-temurun yang sangat baik. Selain sebagai wadah penguatan iman, kegiatan ini juga mempererat tali persaudaraan dan memperkuat ukhuwah Islamiyah di antara warga Patayat NU,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dusun Salakan, Yulianto, menyampaikan apresiasinya atas dipilihnya wilayahnya sebagai tuan rumah kegiatan tersebut.

“Kami mengucapkan selamat datang kepada seluruh jamaah dan mohon maaf bila ada kekurangan dalam penyambutan. Semoga kegiatan seperti ini membawa berkah dan menjadikan kita semua bagian dari umat pilihan Allah SWT,” tuturnya.

Ketua panitia acara, Marju (45), menjelaskan bahwa kegiatan berjalan lancar dan khidmat. Pengajian diisi dengan tausiah oleh KH. Basuni Abas dari Desa Tanggulrejo, Tempuran, yang menyampaikan pesan-pesan keagamaan tentang pentingnya menjaga keimanan, silaturahmi, dan peran perempuan dalam dakwah.

BACA JUGA :  Qatar Airways Mendarat Perdana di Bandara Ngurah Rai Bali

Sementara itu, Ketua RT 06, Juniman (35), menambahkan rasa bangganya karena wilayahnya menjadi tempat pelaksanaan kegiatan untuk pertama kalinya.

“Ini suatu kehormatan bagi warga RT 06. Peserta datang dari tujuh dusun di Desa Kalisari, dan alhamdulillah semuanya berjalan tertib dan penuh kebersamaan,” katanya.

Tradisi selapanan sendiri merupakan budaya masyarakat Jawa yang dilaksanakan setiap 35 hari sekali, berdasarkan perhitungan kalender Jawa yang menggabungkan siklus tujuh hari dan lima pasaran (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon). Selain bermakna spiritual, tradisi ini juga menjadi media sosial-religius yang mempererat hubungan antarwarga dalam bingkai kebersamaan dan nilai-nilai keislaman.*(Nana)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights