Apa rencana pembangunan sampai 2024? Apa sudah ada peta jalan (roadmap)?
Dhony:
Pertama, kita harus bicara tata ruang yang sesuai visi pembangunan IKN ke depan, yang keindonesiaan. Kita bisa tunjukkan kebesaran Indonesia. Bagaimana energi terbarukan, bagaimana karbon emission.
Di kota ke depan ini, kami harus bisa mengantisipasi dan menerapkan kota yang bertransformasi ke digital menjadi kota yang smart, yang diatur oleh AI, sensor, internet of think, coding.
Kami berharap ini menjadi pilot project membuat kawasan yang ujungnya adalah penghuninya itu betah, pengusaha atau pedagang betah dan sukses, sehat, guyub, ujungnya kan itu.
Tools-nya, tadi, emission carbon supaya enggak merusak paru-paru, tidak mahal. Jalan kaki naik sepeda supaya sehat. Kemudian dengan teknologi kita bisa memonitor soal transportasi, sekuriti, sampai ke medical segala macam itu bisa nanti, inginnya di 2045.
Dari mana anggaran pembangunan IKN dan bagaimana strategi Anda menarik investasi ke IKN?
Bambang:
Investasi yang kami lakukan ditutup menggunakan dana-dana yang berpola kepada kerja sama pemerintah dengan swasta dan juga investasi dengan swasta.
Jika hanya menggunakan dana pemerintah mungkin akan menjadi terlalu lama dan pola-pola pembiayaan masa depan itu selalu menggunakan elemen swasta. Tentu saja kami harapkan adanya pembiayaan dari pemerintah, tapi yang dari pemerintah itu berfokus pada sarana dan prasarana dasar.
Dana pemerintah) itu akan menjadi pemancing agar tercipta confidence dari pasar, melihat bahwa pemerintah ini serius dalam membangun Kota Nusantara. Setelah itu akan dicari pola seperti PPP (public, private, partnership), atau pun pola-pola misalnya investasi swasta.
Saya lebih senang P4 atau public, private, people partnership, karena sekarang modelnya bisa crowd funding ya. Misalnya, mau bikin taman oke kita taruh di sosmed misalnya ada partisipasi masyarakat, itu bisa. Model-model itu yang akan kita eksplor.
Dhony:
Sekarang itu kalau saya baca UU kan kita ditugaskan persiapan, pembangunan, pemindahan, dan penyelenggaraan, pengoperasian. Saya lihat kementerian dan lembaga sudah bergerak dan dari aturan UU memang ada transisi
Anggarannya sudah, (untuk) bangun jalan, bangun gedung sudah ada. Nanti kita yang mengkoordinir sampai maksimum 2023, kalau tidak salah, kami siap untuk serah terima.
Pihak mana saja yang menyatakan tertarik investasi ke IKN dan akan masuk ke sektor mana saja?
Bambang:
Dari presiden memberikan arahan akan ada beberapa investor besar misalnya dari Uni Emirat Arab itu yang sering disebut beliau. Beliau menyebutkan dari Arab Saudi Pangeran MBS (Muhammad bin Salman). Itu yang sering disebut oleh beliau. Kami lihat tentu tidak terbatas di situ, kami lihat juga pihak mana lagi yang bisa berpartispasi untuk membangun Nusantara.
Saya belum punya banyak detailnya, mohon waktunya ini kan baru hari kedua. Sudah gitu saya baru pulang, mohon waktu kami akan pelajari lebih lanjut jika yang kita lakukan sekarang kan kita membangun institusi.
Di sisi lain, kami harus mengejar program-program yang sekarang sudah dilakukan, misalnya dari PUPR sudah membangun akses, pembangunan dasar, itu kan harus enggak boleh kehilangan momentum. Dari KLHK juga akan ada reforestasi atau penghijauan kembali, itu juga harus dilakukan.
Mungkin kami juga akan coba di bidang-bidang yang selama ini non teknis. Untuk pendidikan kami ingin membangun, misalnya, program yang berhubungan dengan vokasi, sehingga akan ada training, upskilling, dan reskilling. Jadi, kami mengharapkan warga yang ada di Nusantara tidak hanya menjadi penonton tapi menjadi partisipan aktif dalam pembangunan.
Apa strategi Anda menarik masyarakat dan pebisnis ke IKN, apalagi ada kekhawatiran bakal menjadi ‘kota hantu’?
Bambang:
Kami ingin agar masyarakat terlibat di awal, memberikan ruang bagi mereka memberikan aspirasinya dalam pembangunan kota ini dan kemudian melihat bagaimana kota ini tidak hanya dibangun fisiknya tapi juga rohnya.
Pengalaman saya di ADB memperlihatkan kalau membangun kota itu yg paling penting adalah memberikan suatu roh, memberikan nuansa, suasana, sehingga ada interaksi, itu yang paling penting sehingga ada kedekatan sosial.
Jadi banyak kota yang memang modern kelihatannya, gedung-gedungnya modern dan semacamnya tapi tidak ada kehangatan. Itu istilahnya the soul of the city enggak dapat.