Ini 5 Skandal Terbesar yang Memicu Lengsernya Boris Johnson dari Kursi PM Inggris

  • Bagikan
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbicara selama konferensi pers di Downing Street, London.(AP PHOTO/DANIEL LEAL-OLIVAS)

JAKARTA- Boris Johnson telah mengumumkan pengunduran dirinya secara resmi sebagai Perdana Menteri Inggris pada Kamis (7/7/2022). Johnson mengundurkan diri setelah dia ditinggalkan oleh para menteri dan anggota parlemen dari Partai Konservatif yang mengatakan dia tidak lagi layak untuk memerintah.

Setelah berhari-hari berjuang untuk pekerjaannya, Johnson telah ditinggalkan oleh semua kecuali segelintir sekutu setelah serangkaian skandal terbaru mematahkan kesediaan mereka untuk mendukungnya.

Berikut adalah beberapa skandal yang telah merugikan Johnson secara politik seperti dikutip dari NDTV, Kamis (7/7/2022):

1. Chris Pincher Terseret Skandal Pelecehan Seks

Puncak es desakan mundur terhadap Johnson berawal dari skandal kasus pelecehan seksual yang dilakukan koleganya di Partai Konservatif, Chris Pincher. Pincher pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dan Menteri Perumahan di Kabinet Johnson.

BACA JUGA :  Masyarakat Sipil Afghanistan Minta Pangeran Harry Diadili

Pincher kemudian ditunjuk Johnson untuk menduduki kursi Deputy Chief Whip di awal 2022, posisi yang sangat penting untuk mengatur kontribusi partai di parlemen.

Pada awal Juli ini, Pincher diselidiki oleh badan pengawas parlemen terkait tuduhan pelecehan seksual. Dia dilaporkan meraba-raba dua pria saat dirinya dalam keadaan mabuk di sebuah klub pribadi.

Pincher pun kemudian mengajukan pengunduran diri. Dalam surat pengunduran dirinya, dia mengaku saat itu tengah mabuk dan membuat malu dirinya sendiri. Namun, Johnson menolak untuk menskorsnya dari partai dengan mengatakan masalah itu sudah selesai. Hal itu berarti Pincher tetap menjadi anggota parlemen Partai Tory.

Juru bicara Johnson kemudian menyampaikan bahwa sang Perdana Menteri tidak mengetahui tuduhan-tuduhan yang dilakukan terhadap Pincher saat mempromosikan koleganya itu. Johnson juga kemudian meminta maaf telah menunjuk Pincher.

BACA JUGA :  Rekor Tertinggi, Gegara Covid-19 Utang AS Tembus Rp429 Triliun

Kendati demikian, tuduhan ini bukanlah yang pertama kali. Pada tahun 2012, Pincher dituduh melakukan hal yang tidak diinginkan oleh seorang pemuda. Kemudian pada tahun 2013, mantan peneliti parlemen juga menuding Pincher pernah mengancamnya akan dilaporkan ke bosnya setelah dia meminta anggota Partai Konservatif itu untuk berhenti melecehkan pria muda.

Pada 2017, seorang mantan atlet dan politikus Partai Konservatif juga menudingnya melakukan pelecehan seksual. Selanjutnya, pada tahun 2018, seorang anggota parlemen mengaku menerima tindakan fisik yang tidak diinginkan dari Pincher di kantornya.

Tudingan pelecehan seksual kepada Pincher itu terus bermunculan hingga tahun ini, yang kemudian memicu pengunduran diri massal di kabinet Johnson.

BACA JUGA :  Harga Energi Meroket Bikin Warga Inggris Rela Tak Makan Demi Bayar Listrik

2. Partygate

Pada April tahun ini, Johnson juga didenda setelah melanggar aturan lockdown virus Corona (COVID-19). Kala itu dia menghadiri pertemuan yang diadakan di hari ulang tahunnya pada Juni 2020. Kasus ini pun terkenal dengan istilah ‘Partygate’.

Pesta ulang tahun Johnson itu digelar di kantor Downing Street. Johnson bahkan saat itu meminta para tamu undangan untuk membawa minuman alkoholnya masing-masing. Setidaknya ada 83 orang yang didenda karena melanggar aturan lockdown itu.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
Verified by MonsterInsights