TAIPEI- Seorang pejabat Taiwan memperingatkan China untuk berpikir dua kali sebelum menyerang negara kepulauan itu. Dia mengeklaim bahwa Taipei memiliki rudal yang mampu menyerang Beijing.
Dalam wawancaranya dengan media lokal, Liberty Times Net, Presiden Dewan Legislatif Taiwan You Si Kun mengatakan, negaranya tidak akan menghindar dari penggunaan rudal jelajah supersonik Yun Feng jika China menyerang.
“Rudal Yung Feng sudah bisa menghantam Beijing, dan Taiwan memiliki kemampuan untuk menyerang Beijing,” kata You, yang dilansir AP, Kamis (16/6/2022).
Menurut laporan The War Zone, Kementerian Pertahanan Taiwan telah mengalokasikan lebih banyak dana dalam beberapa tahun terakhir untuk memperkuat kemampuan rudal Yung Feng dalam menyerang lebih dalam ke wilayah China. Varian yang lebih baru dilaporkan memiliki jangkauan yang diperpanjang hingga 1.200 mil, yang berarti secara teori dapat berhasil menyerang Beijing, yang berjarak sekitar 1.150 mil dari Taiwan.
“Anda menyebut invasi Rusia yang sedang berlangsung ke Ukraina, mencatat bahwa keinginan rakyat untuk berperang lebih kuat daripada kemampuan rudal apa pun,” katanya.
“[Partai Komunitas China] harus menyeberangi Selat Taiwan untuk menyerang Taiwan, yang berbeda dengan serangan Rusia ke Ukraina,” katanya lagi.
“Jika Anda ingin mendarat, Anda akan bertarung di tempat berpijak. Jika pendaratan berhasil, semua orang di Taiwan harus bertekad untuk mati seperti Ukraina. Keluar dan jangan biarkan China menelan Taiwan.”
Taiwan dan China berpisah selama perang saudara pada tahun 1949, tetapi China mengeklaim pulau itu sebagai wilayahnya sendiri dan tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan militer untuk merebutnya.
China telah meningkatkan provokasi militernya terhadap Taiwan yang demokratis dalam beberapa tahun terakhir, yang bertujuan untuk mengintimidasinya agar menerima tuntutan Beijing agar bersatu dengan daratan China yang dipimpin rezim komunis.
Undang-Undang Hubungan Taiwan 1979, yang telah mengatur hubungan Amerika Serikat dengan pulau itu, tidak mengharuskan AS untuk turun tangan secara militer jika China menyerang, tetapi menjadikannya sebagai kebijakan Amerika untuk memastikan Taiwan memiliki sumber daya untuk mempertahankan diri dan mencegah perubahan status secara sepihak oleh Beijing.(*)