Waspadai Resesi Ekonomi Dunia Tahun 2023

  • Bagikan
Foto: ilustrasi

JAKARTA – Jika benar resesi ekonomi terjadi pada 2023, maka hal ini akan berdampak besar pada negara-negara berkembang. Menurut skenario resesi global, pertumbuhan negara-negara berkembang tinggal 1,8 persen. Kita harus mewaspadai kombinasi krisis ini yang bernama perfect storm.

Hal itu diungkapkan Muhammad Akbar F Annahl, dari Researcher Center of Economic and Law Studies (CELIOS), dalam Webinar di Jakarta, Kamis malam, 17 November 2022. Muhammad Akbar banyak menyinggung soal ancaman resesi ekonomi dan krisis multidimensi.

Webinar bertema “G20 dan Dampaknya Terhadap Ekonomi Indonesia” itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai Denny JA. Diskusi dipandu oleh Swary Utami Dewi dan Amelia Fitriani. Tema ini sangat terkait dengan ancaman resesi ekonomi dan krisis global.

BACA JUGA :  Rp14.500 Per Liter, Minyak Goreng Curah di Cirebon Melimpah

Muhammad Akbar menjelaskan, kombinasi krisis itu dinamai “perfect storm” karena bukan hanya faktor ekonomi, tetapi juga ada faktor perang geopolitik Rusia vs Ukraina, dan krisis lingkungan seperti perubahan iklim.

“Kita seperti diserang dari berbagai arah. Maka tahun 2023 menuntut perhatian. Perlu ada langkah-langkah yang segera dilakukan, agar dampaknya tidak terasa begitu parah,” ujarnya.

Menurut Muhammad Akbar, inflasi di AS kini meningkat tajam, tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Indeks harga pangan global secara konsisten juga meningkat. Ini berpengaruh dekat pada Indonesia.

Perang Rusia vs Ukraina juga dikhawatirkan melebar ke mana-mana, atau terus berkepanjangan. Ini sangat mempengaruhi rantai pasokan di seluruh dunia.

BACA JUGA :  Meliala Hotels & Resorts Akan Buka Unit Usaha di Turki dan Saudi Arabia

Menyinggung situasi ekonomi Indonesia, Muhammad Akbar mengatakan, nilai dollar AS meningkat dan kurs rupiah melemah. Nilai tukar rupiah itu terseret penguatan dollar sebagai safe haven. Ini berdampak pada barang-barang impor.

Ada komoditas pangan yang ketergantungan Indonesia pada impor cukup besar. Maka terdapat kerawanan pangan di Indonesia.

Seperti gandum, yang rasio impor terhadap kebutuhan nasional pada 2021 mencapai 100 persen. Soal gandum ini juga ada pengaruh dari perang Rusia vs Ukraina, karena Ukraina termasuk pengekspor gandum ke Indonesia.

Komoditas lain adalah: kedelai (rasio impor 91,2 persen), bawang putih (93,2 persen), garam (68,5 persen), gula (69,3 persen), dan daging sapi/kerbau (38,5 persen).

BACA JUGA :  Harga Emas Antam Rabu 2 Janari 2022 Naik Rp 1.000 Jadi Rp 932.000 Per Gram
Penulis: Danang SuwarjonoEditor: Renoto Sirengga
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *