China Salip AS Penghasil Jurnal Teratas di Dunia

  • Bagikan
Salip AS, China Penghasil Jurnal Ilmiah Teratas di Dunia (ILustrasi)

BEIJING – China menyalip Amerika Serikat dalam penelitian ilmiah teratas pada 2019, empat tahun setelah mencapai tonggak yang sama melawan Uni Eropa, menurut sebuah penelitian oleh para peneliti dari AS, China dan Eropa.

Penelitian tersebut, yang diterbitkan dalam jurnal Scientometrics pada 2 Maret, didasarkan pada penilaian ulang atas artikel yang paling banyak dikutip, indikator pengaruh ilmiah yang diawasi ketat. Di bawah indikator tradisional 1 persen teratas dari makalah atau jurnal penelitian yang paling banyak dikutip, AS masih memimpin China..

Namun, para peneliti memperhatikan bahwa China berada di urutan teratas dalam sejumlah ukuran, tetapi tidak pada indeks 1 persen teratas, menurut salah satu penulis studi penelitian, Caroline Wagner, seorang profesor di Ohio State University.

BACA JUGA :  Lebanon Kecam Israel yang Terobos Zona Udaranya untuk Serang Suriah

“Kami memutuskan untuk melihat bagaimana 1 persen teratas dihitung. Ketika kami menguji pengukurannya, kami mempertanyakan pendekatan yang digunakan. Ketika kami menghitung ulang, kami menemukan China setara atau memimpin dalam langkah-langkah utama,” jelasnya, dikutip dari South China Morning Post.

Para peneliti menyimpulkan, pengukuran sebelumnya mungkin telah mengaburkan bahwa China beroperasi pada tingkat keluaran ilmiah terdepan di dunia baik dalam volume maupun kualitas.

Dengan menggunakan ukuran yang ada, setiap bidang penelitian ilmiah digambarkan dan diberi bobot sebelum dilakukan penghitungan keseluruhan dari makalah yang paling banyak dikutip.

Namun penelitian baru berpendapat bahwa pembobotan penelitian berdasarkan bidang ilmiah tidak masuk akal dalam membandingkan hasil penelitian suatu negara.

BACA JUGA :  Alami Krismon Terparah, Sri Lanka Bakal Beli Minyak dari Rusia dan Terima Bantuan China

“Ketika Anda membandingkan satu bidang ilmiah dengan bidang lainnya, maka pembobotan berdasarkan bidangnya masuk akal. Tetapi tidak masuk akal ketika Anda mengukur dampak keseluruhan dari sains satu negara versus negara lain, dan itu sebenarnya menghasilkan hasil yang salah,” jelas situs web universitas mengutip Wagner.

Wagner dan rekan-rekannya menggunakan database Web of Science, yang mencakup data kutipan untuk berbagai disiplin ilmu, dan menggunakan data kutipan mentah untuk makalah di semua bidang untuk membuat perbandingan.

Mereka menyimpulkan, pada 2019, 1,67 persen artikel ilmiah karya penulis China berada 1 persen teratas dari artikel yang paling banyak dikutip, dibandingkan dengan 1,62 persen artikel penulis AS.

BACA JUGA :  Usai Boris Johnson Mundur, PM Inggris yang Baru akan Diumumkan 5 September Mendatang

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights