YERUSALEM- Israel telah melancarkan serangan mematikan ke kota Nablus di Tepi Barat yang diduduki pada hari Selasa (9/8), menewaskan seorang militan Palestina terkenal dan dua lainnya, serta melukai sedikitnya 44 penduduk setempat.
Serangan ini terjadi 24 jam setelah berakhirnya operasinya di Jalur Gaza terhadap Jihad Islam Palestina yang menewaskan dan melukai puluhan orang, sebagian besar warga sipil. Putaran baru eskalasi sepihak Israel terhadap faksi Palestina, kali ini di Tepi Barat, menimbulkan pertanyaan tentang tujuan dan waktu kekerasan yang dapat memicu respons Palestina dan babak baru kekerasan.
Sementara Israel membenarkan kegiatan semacam itu dengan dalih memerangi ‘teroris’, beberapa orang mengaitkan eskalasi dengan pemilu Israel bulan depan di mana perdana menteri Yair Lapid perlu menopang kepercayaan militernya terhadap kembalinya Netanyahu.
Para korban serangan mematikan Israel adalah Ibrahim Nabulsi (26), Islam Suboh (25), dan seorang remaja Jamal Taha (16). Ketiganya adalah militan yang dicari oleh pasukan Israel selama berbulan-bulan, sementara warga Palestina berkabung atas mereka sebagai pahlawan perlawanan bersenjata melawan pendudukan.
“Pasukan Israel memasuki Nablus sekitar pukul 7:00 pagi serta mengepung kota tua, dan kemudian terlibat baku tembak dengan para pejuang yang bercokol di daerah tersebut,” kata Ameen Abu Wardeh, seorang jurnalis lokal dan penduduk Nablus seperti dikutip dari Al Araby, Rabu (10/8/2022).
Ia mengatakan baku tembak berlanjut selama lebih dari dua jam, di mana pasukan Israel memblokir semua pintu masuk ke kota tua itu.
“Awak medis tidak dapat mengevakuasi yang terluka sampai pasukan Israel mundur,” tambahnya.
Media Israel pertama kali melaporkan bahwa pasukan Israel telah membunuh Ibrahim Nabulsi, seorang komandan Brigade Al-Aqsa, sayap bersenjata kelompok Fatah, yang telah buron selama berbulan-bulan.
Kelompok Fatah adalah partai konstituen utama Otoritas Palestina dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan secara resmi berafiliasi dengan Presiden Mahmoud Abbas.
Meskipun Brigade Al-Aqsa dibentuk dari militan Fatah, mereka tidak mengikuti kepemimpinan politik Fatah. Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang juga pemimpin tertinggi Fatah, secara resmi membubarkan Brigade Al-Aqsa pada tahun 2005 dan telah berulang kali menentang aktivisme bersenjata Palestina secara umum.