Jokowi memberikan contoh untuk transisi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan yang tampak mudah tetapi pada praktiknya sulit, terutama bagi negara-negara berkembang.
Untuk itu, Presiden Jokowi mendorong semua pihak yang hadir agar dapat memobilisasi pendanaan iklim karena tanpa adanya hal tersebut dampak perubahan iklim akan sulit untuk dicegah.
“Ini harus segera kita selesaikan. Kedua, investasi dalam rangka renewable energy,” ujarnya.
Kemudian yang ketiga yang berkaitan dengan transfer teknologi.
Kalau ini tidak riil dilakukan, sampai kapan pun menurut Jokowi pesimistis bahwa yang namanya perubahan iklim ini betul-betul tidak bisa dicegah
Lebih lanjut, Jokowi menyebutkan bahwa Indonesia memiliki banyak potensi energi baru terbarukan, mulai dari potensi hidro dari 4.400 sungai yang dimiliki Indonesia.
Kemudian kata dia potensi geotermal sebanyak 29 ribu megawatt, tenaga angin, arus bawah laut, hingga energi matahari yang melimpah.
Namun, hal tersebut memerlukan dukungan berupa investasi besar, transfer teknologi, dan pendanaan.
“Perlu sebuah investasi yang besar, perlu sebuah transfer teknologi, perlu pendanaan iklim global yang betul-betul serius didukung oleh internasional,” ujarnya.
Kalau itu hanya dibicarakan dari tahun ke tahun dan tidak ada mobilisasi, tidak ada keputusan, dirinya pesimistis bahwa yang namanya perubahan iklim ini betul-betul tidak bisa kita cegah sama sekali.
“Saya sangat menghargai apabila seluruh parlemen yang ada di negara-negara anggota IPU bisa memobilisasi bersama-sama dengan pemerintah sehingga muncul sebuah keputusan, muncul sebuah aksi yang betul-betul nyata dan konkret sehingga bisa dilaksanakan di lapangan,” tandasnya.