JAKARTA – Direktur Lembaga Kepemiliun dan Demokrasi Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) Yayan Hidayat mengatakan, mengkritik klaim Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan yang menyebut adanya big data 110 juta orang mendukung penundaan pemilu di media sosial
Direktur Lembaga Kepemiluan dan Demokrasi PB PMII Yayan Hidayat mengatakan jika data yang Luhut klaim tidak jelas, pernyataannya adalah bentuk penyesatan opini publik.
“Jadi kita tentu makin bertanya-tanya, klaim Luhut itu datanya dari mana? Jika tidak jelas, maka ini tentu penyesatan opini publik,” kata Yayan dalam keterangan dikutip, Sabtu (19/3)
Pihaknya menilai klaim Luhut soal 110 juta orang di media sosial mendukung penundaan pemilu itu mustahil. Selain itu, pihaknya menilai klaim Luhut juga patut dipertanyakan secara akademis.
Yayan mengatakan fakta mengenai data pembicaraan penundaan Pemilu yang ia temukan justru bertolak belakang dengan klaim Luhut. Pihaknya pun mengutip temuan Drone Emprit yang juga membantah klaim Luhut
Yayan mengatakan dari temuan Drone Emprit diketahui percakapan penundaan Pemilu dari berbagai media pada 14 Maret lalu diwarnai sentimen negatif.
“Sentimen negatif sebanyak 1.186 mentions atau 94,3 persen sementara hanya 72 mentions atau sekitar 5,7 persen yang bernada positif,” kata Yayan.
Sementara, saat cakupan waktu analisis itu diperluas hingga seminggu terakhir, sentimen warganet terhadap wacana penundaan Pemilu juga negatif. Setidaknya, kata Yayan, dalam satu hari terdapat 1.000 mentions negatif.
Selain itu, Yayan juga mengungkapkan analisis lain mengenai penundaan Pemilu berpengaruh negatif terhadap penyelenggara Pemilu terpilih. Jika kata kunci ‘penundaan Pemilu’ disandingkan dengan ‘KPU’ pada 8-15 Maret, kata Yayan, didominasi sentimen negatif.