JAKARTA — Ketua Umum Asosiasi Pengemudi Ojek Online (Ojol) Garda Indonesia, Raden Igun Wicaksono, menyoroti pertemuan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dengan sejumlah orang berbaju ojek online. Igun menegaskan, para pengemudi yang hadir dalam pertemuan tersebut bukanlah mereka yang berada di lokasi saat tragedi Affan Kurniawan—driver ojol yang tewas terlindas kendaraan polisi saat aksi unjuk rasa di Jakarta, Kamis (28/8).
Igun mengaku tidak mengenali wajah-wajah yang duduk bersama Wapres Gibran. Menurutnya, justru rekan-rekan Affan yang sejak awal mengawal kasus ini hingga proses otopsi di RSCM, tak satupun diundang.
“Mereka tidak pernah ada di lokasi. Kami yang sejak peristiwa itu terjadi hingga otopsi selesai selalu mendampingi almarhum Affan. Orang-orang yang diajak bertemu Wapres bukan bagian dari kami,” ujar Igun di Jakarta, Senin (1/9).
Ia menilai Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres) ceroboh dalam memilih peserta undangan. Igun pun mempertanyakan motif di balik langkah tersebut.
Khawatir Timbulkan Narasi Sesat
Igun menyayangkan pertemuan itu karena berpotensi menimbulkan persepsi keliru di kalangan pengemudi ojol. Ia menegaskan, Garda Indonesia adalah asosiasi resmi yang berbadan hukum, sehingga mestinya dilibatkan dalam dialog terkait kasus yang menyangkut anggotanya.
Menurutnya, pertemuan tersebut justru memunculkan narasi seolah-olah sudah ada perdamaian terkait tragedi Affan. Padahal, kata Igun, proses hukum masih berjalan dan belum ada kesepakatan apapun antara keluarga maupun komunitas ojol dengan pihak terkait.
“(Muncul anggapan) bahwa ini hanyalah rekayasa. Seakan-akan sudah ada damai. Padahal belum ada. Karena apa? Belum ada hasil pemeriksaan pelaku maupun olah TKP. Kok tiba-tiba muncul narasi sudah damai? Ini kami nilai sebagai bentuk pengalihan isu,” tegas Igun.
Pertemuan Wapres Tuai Polemik
Sebelumnya, akun Instagram resmi Setwapres mengunggah video pertemuan Gibran dengan sejumlah pengemudi berjaket ojol. Dalam video itu, salah seorang perwakilan menyebut mereka menyampaikan keresahan akibat pendapatan yang menurun sejak gelombang aksi demonstrasi pecah.
“Alhamdulillah, pertemuannya lebih banyak kami yang memberi masukan kepada Pak Wapres. Dan alhamdulillah, kita sefrekuensi untuk masalah yang sedang terjadi,” kata salah seorang pengemudi dalam rekaman tersebut.
Namun pertemuan itu menuai kritik lantaran dilakukan di tengah sorotan publik atas tragedi Affan.
Latar Belakang Aksi
Seperti diketahui, gelombang unjuk rasa di berbagai kota Indonesia dipicu oleh kebijakan kenaikan tunjangan anggota DPR yang dinilai tak sensitif terhadap kondisi rakyat, disertai gaya hidup hedon sebagian pejabat.
Aksi yang awalnya berlangsung damai berubah panas setelah peristiwa tragis di Jakarta pada 28 Agustus. Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojol, tewas terlindas kendaraan polisi saat massa berhadapan dengan aparat. Peristiwa ini memicu gelombang kemarahan baru di kalangan buruh, mahasiswa, hingga komunitas ojol di seluruh Indonesia.*