MALANG- Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan usai laga Arema FC vs Persebaya pada Sabtu (1/10) malam yang mengakibatkan 125 suporter tewas dipicu oleh adanya tembakan gas air mata.
Dampaknya, sesak napas, dan kepanikan, sehingga banyak suporter terinjak serta jatuh. Lewat media sosial Twitter, warganet kisahkan pengalaman menghirup gas air mata yang sangat menyakitkan.
”Bagi yang tidak pernah ngerasain gas air mata: setiap tarikan nafas rasanya seperti menghirup bon cabe langsung dari botol. Dinding paru-paru dan saluran pernafasanmu dilumurin zat capcaisin (zat aktif pada cabai yang menimbulkan rasa pedas dan panas). Rasa sakitnya cukup buat bikin pingsan,” cuit @Eduardlazarus.
“Sekarang bayangin 5.000 orang menderita seperti ini di saat bersamaan. Orang-orang saling sikut di lorong keluar stadion yang cuma muat lima orang dijejer horizontal, nggak bisa mikir apa-apa lagi selain merintahin tubuh buat cari jalan keluar,” tambahnya.
“Mata kamu ketutup karena kalau dibuka rasanya seperti meleleh, dan ini berarti kamu nggak bakal tahu yang kamu injak itu lantai atau muka orang. Jadi ya, nembakin gas air mata di ruang tertutup itu kekerasan nggak main-main. Anda seperti menyiksa orang tanpa ada jalan keluar,”.
Cuitan tersebut mendapatkan lebih dari 10 ribu Retweet dari warganet. Tak sedikit yang ikut membagikan pengalaman menghirup gas air mata.
“Dulu pernah era demo mahasiswa kena asap dari gas air mata yang kebawa angin, padahal sudah di antisipasi menggunakan masker dobel 3 dan odol. Tapi tetep nggak kuat melek dan batuk-batuk karena di tenggorokan sakit. Nggak sanggup hati ngebayangin banyak perempuan dan anak kecil di kejadian semalam,” cuit @chizzuramen.
”Kena gas air mata di tempat terbuka yang lebih leluasa aja efeknya seperti itu apalagi di ruangan tertutup seperti stadion dan banyak warga tidak bersalah yang tertib dan nggak ikutan rusuh tapi jadi korban juga,” tambahnya.
Sementara itu, @paramitasakti bercerita bahwa dirinya merasakan gas air mata saat demo di Jakarta 30 September beberapa tahun lalu. ”Saya baru pulang kantor jam 9, di depan kantor di Sudirman sudah banyak massa dipukul mundur dan ditembaki gas air mata. Rasanya mata seperti disilet, tenggorokan perih, tapi masih hidup,” cuitnya.
Penggunaan gas air mata dalam pertandingan sepak bola dilarang oleh FIFA. Namun, polisi beralasan menembakkan gas air mata saat kerusuhan suporter di Stadion Kanjuruhan Malang untuk pengamanan pertandingan.
Menurut Kapolda Jatim, Irjen Pol. Nico Afinta, penggunaan gas air mata terpaksa dilakukan untuk mengendalikan kerusuhan. Jenderal polisi bintang dua ini mengatakan, gas air mata hanya diarahkan ke massa yang berusaha masuk ke lapangan. Upaya itu dilakukan untuk mencegah suporter masuk ke dalam lapangan dan mengejar para pemain.(*)